Salah satu investasi yang cukup menjanjikan dengan keuntungan besar adalah investasi saham. Namun, ketika benar-benar akan menanamkan modal ketika berinvestasi saham, kamu meski bisa memperhitungkan segalanya dengan matang. Karena meskipun bisa mendatangkan keuntungan besar, saham juga menjadi salah satu investasi yang terbilang memiliki resiko tinggi.
Salah satu cara yang sering digunakan oleh banyak orang adalah dengan melakukan analisa saham teknikal. Dan ternyata, analisa saham teknikal bukanlah teknik analisa primadona dalam menilai kualitas saham. Karena masih ada teknik yang lainnya, yakni analisis fundamental. Antara analisa saham teknikal dengan fundamental ini mempunyai fungsi yang sama, yakni untuk mengupayakan peningkatan keuntungan ketika berinvestasi saham dalam jangka yang diinginkan, bisa dalam jangka yang panjang, bisa pula jangka pendek.
Pengertian Analisa Saham Teknikal
Apa yang dimaksud dengan analisa saham teknikal?
Bagi kamu yang baru saja terjun ke dunia investasi saham tentu harus benar-benar memperhatikan teknik analisa ini. Karena dengan pemahaman yang baik dan benar, akan membuat kamu yakin dalam melangkah hingga berdampak pada keuntungan yang akan kamu raih.
Teknik analisa saham teknikal adalah satu metode yang digunakan melalui proses pengamatan terhadap pola data di pasar saham.
Jika dalam berinvestasi kita menerapkan teknik ini, akan membuat lebih fokus untuk memperhatikan harga, volume, hingga pergerakan pasar. Proses pengamatan ini juga sering dilakukan dengan benar-benar memperhatikan pergerakan saham. Dalam hal ini, kamu selaku investor akan terus menggunakan 3 buah asumsi ketika menilai saham, diantaranya adalah
1. Harga Mengikuti Tren
Asumsi yang pertama adalah harga yang pasti akan selalu mengikuti trend. Perlu kamu tahu, bahwa harga pasar yang terus bergerak tidak bisa atau tidak mungkin terjadi secara acak. Melainkan, terus bergerak di dalam sebuah pola tertentu.
Asumsi selanjutnya bahwa harga selalu mengikuti tren. Pergerakan harga saham yang berlangsung di pasar tidak terjadi secara acak, tapi berlangsung dengan pola tertentu. Dan menariknya, akan terdapat momen di mana pola tersebut berhenti atau bahkan balik arah.
Dalam hal ini, Charles H.Dow menjelaskan definisi dari tren saham di dalam teorinya, yakni the dow theory.
a. Secondary atau yang kerap juga disebut dengan intermediate trend. Yakni pergerakan harga saham yang bersamaan dengan tren primary trend.
b. Primary trend adalah pergerakan harga dengan jangka waktu yang panjang.
c. Minor trend ataupun day-to-day-move adalah fluktuasi harga saham yang terjadi setiap harinya.
2. Sejarah Berulang
Asumsi yang kedua adalah sejarah berulang. Maksudnya dalam hal ini, para investor akan menganalisis saham dengan mengatakan bahwa pola pergerakan saham ini sebenarnya berulang dan akan terus berulang. Oleh karena itu, para investor akan melakukan observasi terhadap pola gerakan saham yang pernah terjadi di masa lampau, sehingga dapat memprediksi pergerakannya. Asumsi ini menuntut kamu untuk mempelajari pergerakan saham yang pernah terjadi di masa lalu.
3. Pergerakan pasar
Asumsi terakhir adalah pergerakan pasar. Tatkala sedang menganalisis saham, kamu mesti menjadikan pergerakan pasar saham sebagai acuan. Hal ini karena pergerakan pasar adalah sebuah gambaran yang akan menjelaskan kondisi yang sedang terjadi. Hal ini karena pergerakan pasar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya politik, bencana alam, psikologi pelaku pasar, dan lain sebagainya.
4. Indikator Penilaian dalam Analisis Teknikal Saham
Mengetahui asumsi analisa saham teknikal tidak cukup untuk membuat kamu memperoleh keuntungan yang maksimal. Karena tidak mungkin rasanya jika kamu berinvestasi hanya dengan mengandalkan asumsi. Maka kamu harus mengimbanginya dengan membaca, kemudian melakukan analisis terhadap semua data sungguhan yang ada di pasar. Dan untuk menganalisis, ada empat tolak ukur yang digunakan banyak orang. Yaitu,
Indikator satu dilakukan dengan cara membandingkan tingkat kenaikan harga saham dengan penurunan harga saham. Kamu akan menemukan nilai yang kisarannya adalah 0-100 dalam menilai apakah sahamnya oversold atau overbought. Dan pada umumnya, kebanyakan trader akan menetapkan Relative Strength Index yang lebih dari 70 menandakan sudah overbought alias jenuh beli, sehingga kemungkinan akan turunnya besar. Sementara jika angkanya berada di titik yang lebih rendah, yaitu lebih rendah daripada 30, maka itu artinya pasarnya sudah oversold, dan merupakan waktu yang tepat untuk membeli.
b. Moving average
Indikator ini menjadi indikator yang sangat sering digunakan, karena penggunannya sangat mudah. yakni dengan menghitung salah satu rata-rata harga saham pada waktu tertentu.
c. Stochastic
Cara menggunakan indikator ini adalah dengan melakukan perbandingan titik harga terakhir, yang kisaran harganya rendah atau tinggi di periode tertentu.
d. Moving average convergence divergence (MACD)
Indikator satu ini digunakan untuk mengetahui sinyal apakah harus beli atau menjual. Dan ketika menggunakan indikator MACD, ada dua garis yang akan kamu temukan, ada signal line dan ada juga MACD line. Tatkala nilai MACD ada di angka positif atau di atas nol, maka pasar sedang berada di kondisi bullish, dan pada kondisi ini biasanya para trader akan membeli. Sementara ketika MACD nya ada di titik negative, akan lebih baik jika menjual, hal ini karena pasar masih bersifat bearish.
Di atas adalah cara analisa saham menggunakan teknik analisa fundamental, yang mana ketika berinvestasi sangat diperlukan analisa fundamental, karena fundamental adalah yang paling utama. Demikian beberapa hal penting tentang analisa saham teknikal. Semoga bermanfaat.